Seringkali jasa atau konsultan SEO menyarankan agar situs web untuk membuat blog dengan tujuan meningkatkan rangking Google, menambah user experience, dll. Akan tetapi, tidak semua website perlu memiliki blog, bahkan adanya blog mungkin malah dapat menambah pekerjaan dengan sia-sia. Apabila anda memiliki startup bisnis atau perusahaan, artikel ini akan sangat berguna agar anda dapat memahami apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh sebuah blog. Artikel diharapkan akan memberikan pengetahuan yang jujur kepada para pelaku usaha, dalam menangkal informasi yang menyesatkan dari berbagai situs web abal-abal.
Daftar isi
Artikel ini membahas alasan mengapa tidak semua website perlu memiliki blog, yaitu: (1) Fungsi dari blog dalam bisnis; (2) Usaha yang dikeluarkan untuk memiliki blog terlalu besar; (3) Blog seringkali tidak dapat membantu menaikkan peringkat kata kunci yang ditargetkan; (4) Blog bukan alat pemasaran yang agresif.
Fungsi dari Blog dalam Bisnis
Blog sebenarnya adalah penggalan kata dari "weblog," [1] sehingga makna dari kata tersebut adalah catatan yang dibuat di situs web. Karena blog adalah sebuah catatan, maka blog dapat digunakan untuk mencatat aktivitas, pencapaian, event, dll. Oleh karena itu, pertanyaan apakah startup bisnis ataupun perusahaan membutuhkan blog, semuanya tergantung dari apa yang ingin dicapai, sumber daya, dan kultur dari perusahaan.
Misalnya seseorang memiliki bisnis yang bergerak dalam bidang kuliner. ia dapat menggunakan blog untuk menampilkan acara khusus, testimoni, dan kejadian lain yang ingin dicatat dan dibagikan kepada pengunjung restoran atau kafenya. Akan tetapi apabila misalnya ia bergerak dalam bidang tekstil, apakah ia membutuhkan blog? Hal apa yang ingin ia catat dan bagikan kepada kliennya? Seberapa sering kejadian yang menarik untuk dicatat dapat muncul? Nah, jadi tidak semua bisnis membutuhkan blog.
Dalam bisnis, blog berfungsi untuk meningkatkan komunikasi secara internal, dan seringkali juga digunakan secara eksternal untuk branding, marketing, dan public relations. [1] Akan tetapi, blog bukanlah alat pemasaran yang agresif (akan dijelaskan pada bagian selanjutnya). Karena sifat blog yang personal, maka fungsi utama dari blog adalah membuat pihak luar mengetahui lebih banyak tentang keadaan internal bisnis tersebut, bukan bertujuan untuk meningkatkan peringkat SEO dari sebuah website bisnis.
Usaha yang Dikeluarkan untuk Membuat Blog Terlalu Besar
Saat ini, membuat blog memerlukan usaha yang ekstra keras apabila ingin konten anda layak dibaca. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia konten membuat ekspektasi pengguna menjadi semakin tinggi. Bisa jadi ketika konten yang kita terbitkan tidak sesuai dengan standar kualitas blog masa kini, pengunjung malah akan menilai buruk bisnis kita. Apalagi ketika blog bisnis atau blog perusahaan memiliki desain dan konten yang lebih buruk daripada blog personal, mau ditaruh di mana muka brand dan perusahaan anda? Sebaliknya meskipun kita sudah membuat ataupun membayar jasa blog profesional, belum tentu konten yang diterbitkan akan dibaca oleh pengunjung. Bisa jadi yang mengunjungi blog anda hanyalah mesin telusur (crawler), atau pengguna yang salah memencet link.
Pembahasan di atas ingin menekankan bahwa usaha yang akan kita keluarkan untuk sebuah blog belum tentu sebanding dengan apa yang akan kita dapatkan. Seseorang dapat memiliki blog apabila ia memang hanya ingin membagikan cerita, dan tidak berharap langsung akan mendapatkan feedback positif. Apabila ia memiliki banyak cerita dalam internal bisnis yang ingin dibagikan, mampu merangkainya menjadi cerita yang bagus, dan tidak menargetkan sesuatu yang muluk dari blog tersebut; maka mungkin situs webnya perlu memiliki blog.
Blog Seringkali Tidak Dapat Membantu Menaikkan Peringkat Kata Kunci yang Ditargetkan
Beberapa tahun yang lalu, blog memang sempat menjadi alat SEO yang baik. Akan tetapi, tiga pembaruan algoritma Google merubah semuanya itu. Algoritma-algoritma tersebut adalah: [2]
- Panda (2011): Membasmi konten yang "tipis," duplikat, dan berkualitas buruk.
- Penguin (2012): Membasmi tautan yang tidak natural.
- Hummingbird (2013): Mengubah cara memahami kata kunci yang panjang, untuk lebih mengerti konteksnya.
Apa akibatnya? Blog yang memiliki konten tipis, berkualitas buruk, menargetkan kata kunci yang panjang, dan berharap mendapatkan link dari situs direktori abal-abal; sangat sulit mendapatkan sinyal rangking yang baik dari Google. Dalam pandangan yang lebih ekstrim, Josh Bachynski mengatakan kalau blog anda tidak memiliki tingkat kualitas seperti majalah, tidak perlu repot-repot membuat blog untuk mencoba meningkatkan peringkat SEO anda. [3]
Saat ini praktik SEO terbaik lebih menonjolkan kepuasan dan pengalaman pengguna terhadap situs. Apabila situs seseorang adalah situs e-commerce, maka buatlah menjadi situs e-commerce yang berfungsi dengan sempurna. Apabila situsnya adalah situs profil perusahaan, maka buatlah menjadi situs yang memiliki informasi lengkap mengenai perusahaan: kontak, prospektus, struktur, visi dan misi, dll.
Blog Bukan Alat Pemasaran yang Agresif
Apabila kita menganggap bahwa dengan membuat konten artikel blog tentang sesuatu yang berguna, orang kemudian akan tertarik, lalu kemudian beberapa persen akan menjadi konversi. Selamat, hal ini mungkin tidak akan terjadi. [4]
Blog bukanlah alat pemasaran yang agresif, sehingga efek yang ditimbulkan dari konten yang bermanfaat dari sebuah blog adalah efek yang bersifat akumulatif. Sebagai contoh, KuBisnis telah membuat banyak konten yang bermanfaat tentang kewirausahaan, startup bisnis, dan teknologi. Beberapa pengunjung yang setia membaca artikel dan tutorial kami mungkin bertanya-tanya apa itu KuBisnis? Mengapa website ini dengan gratis menyediakan konten yang bermutu? Perlahan-lahan reputasi KuBisnis tentang teknologi web akan meningkat dan pengunjung yang ingin mengoptimalkan situs webnya akan mencari KuBisnis dan melakukan konversi (hanya sebagai contoh, situs ini murni konten dan kami tidak menyediakan jasa SEO tersebut).
Ilustrasi di atas ingin menggambarkan bagaimana panjangnya proses konversi dari blog. Pengunjung mungkin akan membaca 10 pos, 20 pos, atau lebih; sebelum memutuskan untuk memilih produk dan jasa yang kita tawarkan. Bisa diibaratkan bahwa konten adalah seperti tabungan kebaikan yang baru akan penuh dan dapat dibuka setelah waktunya cukup. Sehingga, apabila seseorang ingin sesuatu yang lebih instan, gunakan jasa Google Adwords atau media iklan lainnya. Apabila ia menginginkan tingkat konversi yang tinggi, memiliki sistem tracking yang baik, mungkin websitenya tidak perlu membuat blog.
Kesimpulan dan Saran
Tidak semua situs web perlu memiliki blog. Itulah hal yang ingin kami tekankan karena banyaknya artikel yang dibuat oleh berbagai jasa pembuat blog mengenai manfaat blog dalam bisnis. Ya memang sudah sewajarnya mereka mengutarakan yang manis-manis saja, tanpa peduli efek buruk yang mungkin timbul pada pengusaha yang masih awam dengan teknologi.
Perlu disadari bahwa keputusan untuk membuat blog harus didasarkan pada kemampuan sumber daya keuangan, sumber daya manusia, dan tujuan dari blog itu sendiri. Blog merupakan sesuatu yang sangat membutuhkan dukungan sumber daya dan komitmen dari pemegang keputusan. Blog yang hanya dikerjakan setengah hati, justru akan menjadi bumerang bagi startup bisnis seseorang.
KuBisnis ingin agar semua orang dapat memiliki pengetahuan bisnis, inilah mengapa kami selalu mengungkap fakta yang didukung dengan data maupun argumen dari para ahli. Tujuannya hanya satu, agar bangsa ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2016, https://www.kubisnis.com/alasan-tidak-semua-website-perlu-blog/ (diakses pada 21 Nov 2024).
Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.